1. Silsilah Khalifah Bani Umayyah I
2. Proses Lahirnya Bani Umayyah I
Lahirnya Bani Umayyah I Damaskus
tahun 40 Hijriyah oleh Muawiyah bin Abu Sufyan di kota kecil Illiyat di
Yerussalem, sebagai sabotase pemerintahan Ali bin Abi Thalib dari
pemerintahan terakhir Khulafaurrasyidin. Dalam
pengangkatan Ali bin Abi Thalib menggantikan Usman bin Affan tidak disetujui
oleh Muawiyah, sehingga Muawiyah melakukan berbagai cara untuk menghancurkan
Ali bin Abi Thalib. Salah satunya adalah menyebarkan isu bahwa Ali lah dalang
dari pembunuhan Usman. Dari isu ini, banyak kalangan yang mempercayainya,
hingga akhirnya menyatakan perang terhadap Ali. Dalam hal ini, Ali kurang
bersikap tegas dalam menghadapi peperangan tersebut. Tujuan perang ini adalah
memaksa Ali untuk mengakui perbuatannya. Perang ini disebut perang jamal,
karena pada waktu itu Aisyah mengendarai unta saat memimpin perang. Perang ini
dimenangkan oleh pihak Ali bin Abi Thalib.
Kelompok Muawiyah tetap membuat propaganda
untuk menghancurkan pemerintahan Ali dengan cara menghimpun kekuatan besar
dengan tujuan menyerang Ali. Hal ini diterima oleh Ali dengan mempersiapkan
pasukan. Mereka melakukan peperangan hingga menelan banyak korban diantara
kedua belah pihak. Perang ini disebut perang Shiffin karena terjadi di wilayah
Sifein (perbukitan Madinah dan Damaskus). Dalam perang Shiffin ini dimenangkan
oleh pihak Ali bin Abi Thalib. Muawiyah tidak menerima kekalahannya begitu
saja, ia melakukan skenario mengajak perdamaian dengan Khalifah Ali sebanyak 3
kali dengan cara membujuk dan merobek-robek Al Qur’an. Akhirnya Khalifah Ali
mau melakukan perdamaian. Dalam skenario perdamaian ini pihak Muawiyah diwakili
Amru bin ‘Ash, sedangkan pihak Ali diwakili Musa Asyari. Mereka melakukan suatu
kesepakatan tentang perdamaian bahwa Muawiyah dan Ali akan turun dari jabatan
khalifah dan diangkat khalifah baru atas pilihan masyarakat Islam. Ternyata
ketika diumumkan bahwa Ali turun dari jabatan, pihak Muawiyah langsung
mengumumkan tentang Muawiyah sebagai Khalifah. Sekanrio ini disebut Arbiterase.
Munculnya fenomena ini menjadikan banyak terjadi pertikaian. Pihak Ali pecah
menjadi 3 kelompok (khawarij, syiah, dan murjiah).
Menurut Badri Yatim, Keadaan ini tentunya tidak
menguntungkan bagi Muawiyah, akibatnya posisi Ali semakin lemah, sementara
posisi Muawiyah semakin kuat. Selain kesepakatan arbitrase menimbulkan
dianggap merugikanbagi pihak Ali r.a itu sendiri, juga menimbulkan polemic
perpecahan dikalangan umat Islam itu sendiri yang diawali oleh keluarnya
sejumlah besar pendukung dan simpatisan Ali r.a dalam menentang terhadap
keputusan Ali, (Golongan khawarij). Bahkan Golongan khawarij
tersebut yang diceritakan bahwa mereka bersumpah di depan Ka’bah bahwa
mereka akan Dan pada tahun 40 H (660 M), membersihkan komunitas Islam dari
tiga tokoh yang terlibat dalam arbitrase tersebut, yaitu; (1) Ali bin abi
thalib , (2) Muawiyah bin abu sofyan, dan (3) Amr Bin Ash. Untuk melancarkan
misi tersebut pihak khawarij mengirimkan tiga orang yaitu; (1) Abdullah Bin
Muljam yang berangkat ke Kuffah untuk membunuh Ali bin abi thalib, (2) al-Baraq
Ibn Abdillah At-Tamimi berangkat ke Syam untuk membunuh Muawiyah, dan (3) Amr
ibn Bakr At-Taimi berangkat ke Mesir untuk membunuh Amr bin Al-Ash. Ketiga
orang tersebut-lah diduga sebagai penyebab perpecahan dikalangan umat Islam.
Akhirnya pada Tanggal 24 Januari 661 M, ketika Ali sedang dalam perjalanan
menuju mesjid Kuffah, Ia terkena hantaman pedang beracun didahinya yang
diayunkan oleh Abd al-Rahman ibn Muljam.[1] Dan sejak itulah kekuasaan seluruhnya
beralih ketangan Muawiyah Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij.[2] Wafatnya Ali
disambut gembira oleh Muawiyah karena ini menandakan Bani Umayyah menjad
pemegang pemerintahan.
3. Fase-fase Pemerintahan Bani Umayyah
Selama 92 tahun Bani Umayyah I berdiri. Dalam pemerintahannya tersebut
dapat digolongkan ke dalam beberapa fase, di antaranya:
a. Fase Pembentukan dan Pembinaan
Bani Umayyah I berdiri tahun 40 H (622M) sampai masa pemerintahan
khalifah ke-6 ketika Islam masuk Andalusia (sekarang Eropa) yang dibawa oleh
Tariq bin Ziad 711 M. Dalam pembinaan masa ini menggunakan pendekatan Arabisasi
(berciri Arab). Contohnya ukiran dinding masjid dan istana yang dihiasi tulisan
kaligrafi, lagu warisan Arab yang dikombinasikan menjadi lagu qasidah. Ilmu
yang dikembangkanpun juga berciri Arab asli, yaitu bahasa (nahwu dan balaghah),
qiraat dan hadis, tafsir dan tarikh Islam. Dalam perluasan wilayah meliputi 4
benua (Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika). Selain itu wilayah di
Imperium-imperium Besar banyak yang takluk pada Islam dengan membayar upeti
yang besar. Pada masa ini khalifah fokus pada pengembangan wilayah kekuasaan
dan perluasan wilayah (islamisasi).
b. Fase Kemajuan
Dimulai pada masa khalifah ke-7 sampai Khalifah ke-8. Pada masa ini
Islam telah berkembang hampr di penjuru dunia. Hal ini tidak luput dari peran
para sahabat Nabi dalam melakukan perluasan Islam. Masa ini banyak wilayah yang
ditaklukkan, namun fokus pemerintah adalah pada pengembangan peradaban ilmu dan
administrasi pemerintahan. Pemerintah membangun pusat-pusat kota menjadi kota
satelit yang indah, masjid dan istana dibangun. Selain itu penemuan mata uang
sebagai alat pembayaran oleh khalifah Marwan bin Hakam (Khalifah ke-4). Pada
fase ini terjadi banyak kemajuan peradaban yang bisa dirasakan manfaatnya oleh
banyak orang, di antaranya:
1) Ilmu pengetahuan: qiraat, nahwu, dan balaghah, tafsir, hadis, dan
sejarah
2) Bangunan fisik: Masjid, pengairan dan irigasi, dan
jembatan
3) Fasilitas pendidikan: kuttab, halaqah di masjid, Majelis
Munadarah
4) Departemen Pemerintahan: Nidhaumul Maal(keuangan),
Siasy(politik), Harby(keamanan), Idary(administrasi),
Qadi(hukum), jawatan pos, pengawal istana, ketentaraan, sekretaris dan
pengantar surat.
c. Fase lemah sampai runtuh
Fase ini dimulai pada masa khalifah ke-9 (Yazid bin Abdul Malik) yang
tidak bisa mengendalikan pemerintahan. Banyak terjadi pemberontakan, namun
khalifah Yazid tidak mampu mengatasinya. Pemberontakan memuncak ketika terjadi
pengangkatan 2 khalifah dalam satu tahun. Hal ini membuat masyarakat marah dan
benci, apalagi setelah pengangkatan tidak segera diputuskan siapa yang akan
menjadi khalifah yang sah. Dalam peralihan kepemimpinan memakai sistem monarki
yang menjadi salah satu faktor penyebab runtuhnya Bani Umayyah tahun 132H
(670M). Sistem ini juga menyebabkan para khalifah melakukan penyelewengan
kekuasaan seperti korupsi, kolusi, tidak disiplin dan tidak bertanggung jawab.
Bahkan yang mengendalikan pemerintahan adalah para perdana mentri, qodhilah
karena khalifah tidak dapat mengambil tindakan hukum terhadap penyelewengan.
Masyarakat menjadi marah dan benci hingga mereka akhirnya melakukan demonstrasi
menuntut tanggung jawab para khalifah Bani Umayyah I. Hampir semua wilayah Bani
Umayyah masyarakatnya melakukan demonstrasi. Di luar kekuasaan Bani Umayyah
berkembang beberapa kekuatan baru seperti Abbasiyah dan Syiah.
Daftar Pustaka
Kementrian Agama, 2015. Sejarah Kebudayaan Islam Untuk MAdrasah
Aliyah Kelas XI. Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Kementrian Agama.
Anwar, Ahmad Masrul. Pertumbuhan dan Perkembangan
Pendidikan Islam pada Masa Bani Ummayah. Jurnal Tarbiya. Volume: 1 No:
1 2015 (47-76).
Jabir, Muh. Dinasti Bani Umayyah Di Suriah (Pembentukan,
Kemajuan dan Kemundurannya) Jurnal Hunafa Vol. 4, No. 3, 2007:271-280
[1]Ahmad Masrul Anwar, Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan
Islam pada Masa Bani Ummayah, JURNAL TARBIYA Volume: 1 No: 1 2015
(47-76), hlm. 51.
[2]Muh. Jabir, DINASTI BANI UMAYYAH DI SURIAH
(Pembentukan, Kemajuan dan Kemundurannya), Jurnal Hunafa Vol. 4, No. 3,
September 2007:271-280
izin copy artikelnya terima kasih
BalasHapusMohon tahun hijriahnya untuk diperiksa lagi
BalasHapusYg fase"ny mna
BalasHapus